Selasa, 08 Juli 2014

Buat Kamu Yang Susah Move On


“Teet, teet, teet!”

Pagi datang. Jam kecil yang menunjukan pukul 7 pagi itu berbunyi sedemikian rupa, memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya. Sebelum fajar tiba, di kamar yang berantakan itu sudah ada sepasang mata seorang pemuda yang terbuka sejak tadi. Dia tidak melakukan apapun, melainkan hanya terbaring. Mata itu masih menatap kosong langit langit kamar, lampu yang menggantung diatasnya sudah sejak lama padam, tak ada cahaya yang menyoroti kamar gelap itu selain sedikit sinar matahari yang datang menyusur dari atas jendela. Pemuda itu memukul alarmnya sampai keadaan menjadi sunyi. Iya, pagi itu sunyi, sesunyi suara angin yang datang dari balik jendela. Tatapannya masih kosong, rambutnya acak acakan. Lingkaran hitam di sekitar matanya seakan menjelaskan apa yang selama ini dia alami, sehingga membuatnya susah tidur, dan hanya diam mematung.

Setelah menatap lama dan tak dapat apa apa, dia duduk di pinggiran springbed merahnya, menghela nafas lalu menengok ke arah rak buku yang diatas ditaruh ponsel usangnya. Pemuda itu beranjak sebentar untuk mengambilnya, mengambil ponsel usang itu, dan duduk lagi seakan tak punya tenaga. Dia membuka key password di ponsel itu, tidak ada siapa siapa, tidak ada notif pesan atau chat dari siapapun. Pemandangan itu membuatnya kecewa, semakin menderita. Dia masih terdiam lalu melemparkan ponsel itu di pojokan kamar, dan sekali lagi, dia terbaring kembali.

“kenapa bisa sesakit ini?” Kata pemuda itu dalam hati.

Dia terkulai lemas, perut kecil yang tertutup baju putihnya itu sudah lama tak dia beri makan, karena suasana hatinya membuatnya tak bersemangat menyuapi perut itu dengan asupan makanan. Tapi setelah merasakan lapar sampai lemas yang amat sangat, perlahan dia sadar, dia harus memakan sesuatu untuk membuatnya lebih lama bertahan di situasi itu.

Dia bangkit, mengambil dompet hitam di saku sebuah celana yang tergantung di balik pintu kamarnya, lalu keluar dan menutup pintu itu perlahan.

Dia menuruni tangga dengan tenaga seadanya. Satu demi satu anak tangga dia turuni. Dalam benaknya, masih belum jelas apa yang sebenarnya ingin dia beli. Dia hanya ingin memakan sesuatu agar tenaganya kembali lagi, lalu menghabiskan waktu untuk memikirkan wanita yang akhir akhir ini riuh di dalam kepalanya, walaupun sebenarnya si wanita telah memutuskan untuk pergi jauh jauh hari. Sorot matanya tidak menjelaskan dia melihat ke sudut mana, dia hanya melihat ke satu arah, pintu keluar.

Dia membuka pintu itu, lalu tiba tiba tertunduk dan terpejam, meringis kesilauan. Sinar matahari seakan membakar matanya, karena pagi yang tak pernah mampu dia gapai di luar rumahnya. Setelah baik baik saja dengan silau yang menyerang, dia melanjutkan langkahnya, menuju supermarket kecil tempat dimana dia akan membeli sesuatu.

Dia melangkah meter demi meter secara perlahan. Di depannya ada beberapa orang yang juga menyusuri jalan untuk melakukan aktivitasnya masing masing. Orang orang dengan tas kecil yang dijinjing dan juga anak anak kecil yang hendak menyeberang untuk sekolah, lalu beberapa pria dan wanita yang jogging dengan earphone di kepalanya, menghiasi pandangan mata yang masih sayu itu. Dia tidak melihat sekitar, melainkan meneruskan jalannya menuju tempat itu. Supermarket.

Sesampainya disana, dia mendorong pintu kaca. Ucapan selamat pagi dari wanita tinggi cantik bertopi merah yang biasanya dia balas dengan senyum, tidak di gubrisnya. Dia berbelok kearah kiri dan menuju rak berisi penuh bungkusan bungkusan roti, lalu mengambil secukupnya. Setelah usai, dia berjalan perlahan ke lemari es, membukanya lalu mengambil dua botol Beer ukuran besar, dan membawa semuanya ke kasir.

Setelah semuanya selesai, kembalilah dia di kamar itu lagi. Kamar gelap tempat dimana dia mengurai keluh kesahnya, dan duduk di springbed merah itu sambil memakan roti yang baru saja dia beli. Dia menatap ke jendela, satu satunya sisi terang yang menghiasi kamarnya. Tatapan kosong itu berlangsung lama, sambil mengunyah dan sejenak menenggak beer di botol besar itu.

“Gue nggak bisa terus kayak gini.” Pekiknya.

“Gue nggak bisa terus menerus terpuruk sama keadaan yang bisa bikin gue hancur kayak gini.” Kata pemuda itu perlahan di tengah tengah sunyi.

Kalimat kalimat sergahan yang memotivasinya itu, perlahan jadi alasan dia untuk bangkit, dan nggak boleh lama lama terlarut dalam semak semak masa lalu yang membuat kebahagiaannya bangkrut. Roti yang pelan pelan dia makan itu lalu habis, botol besar berisi beer yang dia beli juga perlahan tinggal sedikit. Dia mengusap mulut basah itu dengan lengannya, lalu mengambil laptop hitam yang dia taruh di atas lemari kecilnya. Dia membuka laptop itu, menancapkan modem putih lalu log in di social media kesayangannya, twitter. Dia menulis, meracik kata demi kata, agar kegalauannya bukan cuman untuk di derita, tapi juga bisa dinikmati pembaca.

Pemuda itu tersenyum di depan timeline, sedikit menyeringai, lalu berkata :

“Ini belum selesai.”


…………………………………………………………

Oke. Cerita diatas tadi adalah sepenggal cerita yang mengisahkan sedikit penderitaan seorang pemuda setelah patah hati, sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bisa mengobati keadaan hati itu : move on.

Pict : 500 Days Of Summer

Pict : 500 Days Of Summer


Hari ini gue mau bahas soal move on. Sebelumnya di blog ini gue juga pernah bahas soal move on, tapi itu dulu banget pas blog gue pembacanya masih orang orang yang gue paksa atau gue ancem aja. Dan disitu kualtias tulisan gue masih ancur abis, sampai gue sendiri nggak nemu poin penting di artikel itu dan malah bingung sendiri. Yah, namanya juga newbie.

Banyak orang bilang, move on itu dua kata, mudah ngucapinnya tapi neraka buat ngelakuinnya. Hell to do! Susah banget dilakuin karena ibaratnya kita ngejalanin aktivitas dengan tubuh yang penuh luka. Pas lagi patah hati, kita pasti sering ngerasa nggak mood ngelakuin sesuatu gara gara luka luka itu masih membekas aja. Nggak mungkin kan, kita nyaman ngelakuin apa apa sebelum nyeri itu perlahan hilang. Iya, gue dulu juga gitu.

Gue ini orangnya seneng banget nonton bola, apalagi kalo Liga Inggris udah main gue jadi lupa semuanya. Tapi pernah pas gue patah hati, gue jadi nggak mood lagi nonton bola. Ketertarikan gue buat nonton bola tetep nggak bisa ngelupain keadaan sulit yang disebut patah hati. Liat Frank Lampard nendang bola malah serasa kayak si dia yang udah nendang nendang hati gue dengan kejam. Eak! Makan jadi nggak enak, tidur juga jadi nggak nyenyak. Ya, itulah kedahsyatan patah hati.

Move on emang sulit. Dan butuh tahap demi tahap biar lulus ngelakuinnya. Banyak orang bilang, move on terbaik adalah jatuh cinta lagi. Sabar.. Ntar dulu, jangan keburu jatuh cinta dulu. Kalo emang ada beberapa orang yang lagsung jatuh cinta setelah patah hati, menurut gue itu cuman sementara aja. Sering kejadian, kalo baru aja patah hati dan langsung ngejalanin hubungan sama orang baru, disaat mantannya mendekat, dia bakal mudah berpaling ke mantannya, karena kenyamanan yang mantannya beri, nggak bakal sebanding sama sepercik cinta yang baru aja dialami. Nah, hal itu yang bikin nyakitin orang baru. Karena belum siap ngelupain, si dia udah berani ngelakuin hal yang sebelumnya nggak dia siapin baik baik : mendekati yang baru.

Gue cuman pengen ngurai, biar move on tuh dilakuin dengan bener dan nggak nyakitin pihak lain. Kita sering ngeliat, Sebagian orang pengen cepet cepet move on dengan cara (pura pura) jatuh cinta lagi, padahal sebenernya sih ya, nggak ada luka yang lekas sembuh. Dulu gue sendiri sempet percaya sama kata “move on terbaik adalah jatuh cinta lagi”. Sampai ada keadaan disaat suasana hati gue lagi belum bener bener sembuh, gue deket sama seorang cewek yang gue kagumin dan available banget buat dipacarin.Tapi setelah gue rasain, ada dua hal yang bikin gue mundur pas ada saat saat yang tepat buat nembak dia : yaitu keadaan hati gue saat itu masih sakit sakitan gara gara masa lalu dan alasan kedua adalah gue nggak cinta sama dia. Mungkin iya gue bisa pacaran, terus perlahan lupa sama mantan, lalu setelah itu, apa? Tetep aja kalo semua nggak didasari sama rasa cinta, yang gue lakuin kedepannya setelah macarin dia cuman hambar aja dan secara nggak sadar gue malah udah ngelakuin hal hina yang disebut pelarian. Padahal, cinta nggak seegois itu. Saat itu kayak garis finish yang nggak pengen gue lewatin.

Gue sendiri tipe yang nggak bisa langsung jatuh cinta pas hati lagi sakit sakitnya. Dengan kata lain, walaupun jatuh cinta sendiri bisa datang tanpa kesiapan, gue nggak bisa jatuh cinta sebelum siap siap dan masih terjebak dalam semak semak masa lalu yang bikin gue terpuruk segitu adanya. Mungkin ada, orang yang bisa berpaling begitu mudahnya, patah hati setelah itu dalam sekejap jatuh cinta lagi. Gue rasa, orang orang yang kayak gitu mungkin ada pembengkakan di hati nuraninya. Atau mungkin alasan yang lebih detail, dia nggak bener bener ngerasain sakit.

Menurut gue, move on itu harus dilakuin tahap demi tahap sampai kamu bener bener bisa senyum lalu siap jatuh cinta lagi. Apa untungnya buat kamu? Kalo kamu jatuh cinta setelah bener bener move on, nggak bakal ada ceritanya kamu nyakitin orang baru gara gara yang lama. Jadi dibawah ini nanti gue bakal ngasih tahap tahap move on yang bener buat kamu yang masih susah move on, harus sabar juga karena move on yang bener itu nggak bisa dilakuin secara instant. Gue udah bosen sama tips tips move on mainstream yang isinya :

Cari kesibukan, bakar semua foto dan pemberian mantan, lost contact sama mantan, dll.

Menurut gue itu semua basi! Dan tips tips itu bisa jadi malah bikin kita musuhin mantan di kemudian hari. Padahal, dalam asmara orang dewasa, kisah cinta nggak sekejam itu. Nggak pisah baik baik sampai akhirnya nggak ada hal indah untuk dikenang. Nggak ada kisah indah untuk diceritakan kepada anak cucu kita kelak, padahal kita pernah menghidupi kisah cinta sehebat yang pernah kita alami.

Jadi di artikel ini gue harap kamu baca baik baik, dengan seksama, karena ini tips yang beda dari biasanya.


1. Ikhlas

Iya, Ikhlas adalah langkah pertama yang harus dilakuin setiap insan manusia yang lagi move on. Kamu nggak perlu mikir yang jauh jauh semacam kayak jatuh cinta sama yang baru buat ngelupain yang lama. Karena kalo kamu belum ikhlas, hubungan yang kamu jalanin kedepannya nggak bakal berlangsung baik juga. Kamu nggak perlu buru buru move on dengan cara ngejar orang orang baru dengan binalnya. Tenang aja, nggak perlu buru buru. Sesakit apapun perasaan yang kamu derita, lama lama bakal bikin kamu ngerasa terbiasa. Iya, terbiasa itulah perasaan yang mendesak kamu untuk mengikhlaskan.

Karena sebenernya, move on itu mengikhlaskan, bukan melupakan.

Mustahil kamu lupa sama seseorang yang mungkin itu berarti banget buat kamu, karena dalam tahap move on, semakin kamu berusaha ngelupain, itu malah bikin kamu semakin keinget aja. Beda kasusnya kalo dari awal kamu mencoba mengikhlaskan, mau merelakan kisah demi kisah yang udah kalian rangkai berdua berlalu ditelan waktu, dan mengikhlaskan dia yang saat ini ternyata udah nggak sama kamu lagi. Iya, langkah pertama yang terbaik adalah ikhlas, kalo kamu mau ikhlas, nggak bakal ada rasa benci dan dendam yang cuman bikin kamu maki maki dan nyalahin dia yang udah pergi.  Pada akhirnya kamu bakal merelakan dia pergi dalam damai, bukannya cinta memang seharusnya seindah itu?

Seorang wanita yang dulu sempat hadir, pernah ngajarin gue sesuatu dengan bilang :

“kalo cinta kamu tulus, kamu bisa ikhlas kok disaat dia udah nggak ada.”

Oke, balik lagi soal mengikhlaskan. Kamu musti sabar, ikhlas nggak semudah itu. Dalam mengikhlaskan, kamu bakal ngelewatin dua tahap nerima kenyataan.

Tahap pertama, kamu harus nerima kenyataan kalo dia udah nggak sama kamu lagi.

Emang sulit banget menghilangkan kebiasaan kebiasaan dia yang selama ini ada di dekat kita, dan sekarang udah sirna. Dia yang biasanya jam segini ngabarin, sekarang ngeliatin ponsel jadi sunyi aja. Dia yang tiap makan siang barengan sama kamu, sekarang kenyataannya tiap makan siang kamu cuman duduk sendirian di pojokan warung sambil ngelamun ngaduk aduk cappuccino cincau. Tapi mau gimana lagi, kalo udah bikin keputusan dengan mengikhlaskan, kamu emang harus melewati tahap itu.

Tahap kedua, kamu harus nerima kenyataan kalo dia udah sama yang lain.

Nah, ini nih bagian paling nyeseknya. Kamu lagi terseok seok berusaha move on, eh dia malah udah jalan sama yang lain. tapi tenang aja, sehancur hancurnya keadaan hati kamu karena terbakar cemburu dan pikiran yang enggak enggak, kamu bakal balik keinget lagi sama keputusan pertama kamu : “iya, gue udah ikhlas.”

Dua kenyataan itu nggak bakal bisa kamu hindarin. Emang kemungkinan menghindarinya kecil banget, yaitu dengan cara si dia balikan lagi sama kamu. Tapi apa setelah si dianya balik lalu sejenak pergi lagi gara gara rajutan cerita udah nggak seindah dulu, apa nggak bikin kamu aus?

Ikhlas emang sulit dan nggak semudah apa yang gue ketik. Kamu harus senyum dulu sebelum mengikhlaskan sesuatu. Itu semua butuh waktu, dan sudut pandang positif yang harus kamu taruh dalem dalem di mindset kamu. Semua yang kamu pikirin enggak enggak tentang si dia, ubahlah jadi pandangan positif, karena gimanapun juga, dalam hidup kita bakal ngadepin part paling pahit : kehilangan. Bukannya sebelumnya kamu pernah ngelewatin masa masa seperti ini dengan orang orang yang beda? Terus kenapa cuman karena si dia, bisa bikin kamu berhenti gitu aja? Life must go on.

Dan kita balik lagi ke sifat orang yang buru buru pengen move on tanpa persiapan. Percayalah, jangan jatuh cinta lagi sebelum mengikhlaskan masa lalu itu. Itu bakal bikin kamu terjatuh di kemudian hari, dengan cara menyakiti. Belajarlah untuk mengikhlaskan terlebih dulu sebelum jatuh cinta, bukannya manusia nggak bakal bisa berlari sebelum belajar merangkak?


2. Fake Smile

Kamu harus banyak banyak senyum, walaupun itu palsu semata. Senyum kamu bakal mempengaruhi cara orang orang ngedeketin kamu. Langkah pertama ikhlas tadi adalah senyum. Kalo dari awal kamu nggak ikhlas, kamu nggak mungkin menampakan senyum itu. Yang ada kamu bakal murung, semua kata di sewotin, semua yang bener disalahin, semua yang terlihat di depan mata di recokin, dan akhirnya nggak bakal ada yang mau ngedeketin dan bantu kamu buat ngelewatin masa masa itu. Kamu boleh terpuruk, tapi jangan lupa menghiasi senyum di depannya. Kelak sahabat yang baik bakal dateng di hadapanmu dan berkata : “Elo kenapa?”

Iya, karena mereka mengerti.

Di balik dia yang udah pergi, anggep aja itu sebuah pelajaran. Dalam hidup, nggak ada yang dateng lalu pergi gitu aja tanpa mengajarimu sesuatu. Tinggal kamu bisa mengambilnya apa enggak. Lalu kenapa kamu harus menyesali mereka yang kini pergi? Bukannya mereka udah ngasih kamu sesuatu yang belum pernah kamu dapet sebelumnya? Pelajaran. Kelak setelah berkali kali tersakiti, kamu bakal ngerasain sesuatu yang paling berharga : terbiasa. Iya, ‘terbiasa’ itulah yang bikin pribadi kamu makin dewasa. Dan satu hal yang harus kamu tau, paragraph inilah yang disebut sudut pandang positif.

Sometimes, we just have to smile.Not because we’re happy, but because we need escape from the pain.

Jadi, senyum dulu dong!


3. Buka Hati Kamu

Gimana orang baru bisa masuk kalo pintu menuju hati kamu masih ketutup aja? Temen gue pernah bilang ke gue :

move on itu kayak mobil mogok, harus ada orang yang mau ngebantu buat ngedorongnya.

Tapi ternyata, masih ada orang orang move on yang nggak mau ngebuka hatinya, sampai dia nggak bisa dibantu siapapun. Padahal hal yang paling sulit dilakuin di dunia ini adalah ngebantu orang yang nggak mau dibantu. Kalo kamu nggak ngebuka hati kamu buat orang baru, kamu nggak bakal bisa ngelakuin dua kata serumit ini : move on. Iya, setelah ikhlas dan tersenyum merelakan, kamu harus mulai buka hati kamu sehabis berjuang move on dalam waktu yang cukup lama. Setelah kamu buka hati, biar orang orang terdekatmu bantuin kamu, bantu ngedorong ‘mobil’ yang mogok itu.


4. Jatuh Cintalah Lagi

Ini tahap terakhir dalam move on. Gue yakin, kalo tiga poin diatas udah kamu lakuin baik baik, poin keempat ini bakal bisa kamu rasain dengan baik juga. Udah gue jelasin tadi, move on yang bener harus dilakuin perlahan dan nggak bisa secara instan. Move on dari orang yang bener bener berarti buat kita, memang memakan waktu yang sangat lama. Tapi tenang aja, semua bakal terasa baik baik aja kalo kita udah masuk ke fase terbiasa.

Mungkin segini dulu yang gue tulis tentang move on yang bener tuh kayak gimana buat kalian yang masih susah move on. Emang sih, setiap orang punya cara move on yang beda beda. Yang gue tulis disini hanya sharing tentang apa yang gue pelajari dari pengalaman aja, yang gue pelajari dari mereka yang pernah datang lalu pergi setelahnya, yang gue pelajarin dari mereka yang pernah ada dan selalu ada. Karena seperti apa yang gue jelasin tadi :  Nggak ada yang dateng lalu pergi gitu aja tanpa mengajarimu sesuatu.

So, udah dulu postingan gue kali ini. Jangan lupa follow @vampirgaul. Dan buat kamu yang lagi move on :

Selamat mengobati luka pelan pelan.

4 komentar: