“Teet, teet, teet!”
Pagi datang. Jam kecil yang
menunjukan pukul 7 pagi itu berbunyi sedemikian rupa, memekakkan telinga
siapapun yang mendengarnya. Sebelum fajar tiba, di kamar yang berantakan itu
sudah ada sepasang mata seorang pemuda yang terbuka sejak tadi. Dia tidak
melakukan apapun, melainkan hanya terbaring. Mata itu masih menatap kosong
langit langit kamar, lampu yang menggantung diatasnya sudah sejak lama padam,
tak ada cahaya yang menyoroti kamar gelap itu selain sedikit sinar matahari
yang datang menyusur dari atas jendela. Pemuda itu memukul alarmnya sampai
keadaan menjadi sunyi. Iya, pagi itu sunyi, sesunyi suara angin yang datang
dari balik jendela. Tatapannya masih kosong, rambutnya acak acakan. Lingkaran
hitam di sekitar matanya seakan menjelaskan apa yang selama ini dia alami,
sehingga membuatnya susah tidur, dan hanya diam mematung.
Setelah menatap lama dan tak
dapat apa apa, dia duduk di pinggiran springbed merahnya, menghela nafas lalu
menengok ke arah rak buku yang diatas ditaruh ponsel usangnya. Pemuda itu
beranjak sebentar untuk mengambilnya, mengambil ponsel usang itu, dan duduk
lagi seakan tak punya tenaga. Dia membuka key password di ponsel itu, tidak ada
siapa siapa, tidak ada notif pesan atau chat dari siapapun. Pemandangan itu
membuatnya kecewa, semakin menderita. Dia masih terdiam lalu melemparkan ponsel
itu di pojokan kamar, dan sekali lagi, dia terbaring kembali.
“kenapa bisa sesakit ini?” Kata
pemuda itu dalam hati.
Dia terkulai lemas, perut kecil
yang tertutup baju putihnya itu sudah lama tak dia beri makan, karena suasana
hatinya membuatnya tak bersemangat menyuapi perut itu dengan asupan makanan.
Tapi setelah merasakan lapar sampai lemas yang amat sangat, perlahan dia sadar,
dia harus memakan sesuatu untuk membuatnya lebih lama bertahan di situasi itu.
Dia bangkit, mengambil dompet
hitam di saku sebuah celana yang tergantung di balik pintu kamarnya, lalu
keluar dan menutup pintu itu perlahan.
Dia menuruni tangga dengan
tenaga seadanya. Satu demi satu anak tangga dia turuni. Dalam benaknya, masih
belum jelas apa yang sebenarnya ingin dia beli. Dia hanya ingin memakan sesuatu
agar tenaganya kembali lagi, lalu menghabiskan waktu untuk memikirkan wanita
yang akhir akhir ini riuh di dalam kepalanya, walaupun sebenarnya si wanita
telah memutuskan untuk pergi jauh jauh hari. Sorot matanya tidak menjelaskan dia
melihat ke sudut mana, dia hanya melihat ke satu arah, pintu keluar.
Dia membuka pintu itu, lalu tiba
tiba tertunduk dan terpejam, meringis kesilauan. Sinar matahari seakan membakar
matanya, karena pagi yang tak pernah mampu dia gapai di luar rumahnya. Setelah
baik baik saja dengan silau yang menyerang, dia melanjutkan langkahnya, menuju
supermarket kecil tempat dimana dia akan membeli sesuatu.
Dia melangkah meter demi meter
secara perlahan. Di depannya ada beberapa orang yang juga menyusuri jalan untuk
melakukan aktivitasnya masing masing. Orang orang dengan tas kecil yang
dijinjing dan juga anak anak kecil yang hendak menyeberang untuk sekolah, lalu
beberapa pria dan wanita yang jogging dengan earphone di kepalanya, menghiasi
pandangan mata yang masih sayu itu. Dia tidak melihat sekitar, melainkan
meneruskan jalannya menuju tempat itu. Supermarket.
Sesampainya disana, dia
mendorong pintu kaca. Ucapan selamat pagi dari wanita tinggi cantik bertopi
merah yang biasanya dia balas dengan senyum, tidak di gubrisnya. Dia berbelok
kearah kiri dan menuju rak berisi penuh bungkusan bungkusan roti, lalu
mengambil secukupnya. Setelah usai, dia berjalan perlahan ke lemari es, membukanya
lalu mengambil dua botol Beer ukuran besar, dan membawa semuanya ke kasir.
Setelah semuanya selesai,
kembalilah dia di kamar itu lagi. Kamar gelap tempat dimana dia mengurai keluh
kesahnya, dan duduk di springbed merah itu sambil memakan roti yang baru saja
dia beli. Dia menatap ke jendela, satu satunya sisi terang yang menghiasi
kamarnya. Tatapan kosong itu berlangsung lama, sambil mengunyah dan sejenak
menenggak beer di botol besar itu.
“Gue nggak bisa terus kayak
gini.” Pekiknya.
“Gue nggak bisa terus menerus
terpuruk sama keadaan yang bisa bikin gue hancur kayak gini.” Kata pemuda itu
perlahan di tengah tengah sunyi.
Kalimat kalimat sergahan yang
memotivasinya itu, perlahan jadi alasan dia untuk bangkit, dan nggak boleh lama
lama terlarut dalam semak semak masa lalu yang membuat kebahagiaannya bangkrut.
Roti yang pelan pelan dia makan itu lalu habis, botol besar berisi beer yang
dia beli juga perlahan tinggal sedikit. Dia mengusap mulut basah itu dengan
lengannya, lalu mengambil laptop hitam yang dia taruh di atas lemari kecilnya.
Dia membuka laptop itu, menancapkan modem putih lalu log in di social media
kesayangannya, twitter. Dia menulis, meracik kata demi kata, agar kegalauannya
bukan cuman untuk di derita, tapi juga bisa dinikmati pembaca.
Pemuda itu tersenyum di depan
timeline, sedikit menyeringai, lalu berkata :
“Ini belum selesai.”
…………………………………………………………
Oke. Cerita diatas tadi adalah sepenggal
cerita yang mengisahkan sedikit penderitaan seorang pemuda setelah patah hati,
sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bisa mengobati
keadaan hati itu : move on.
Pict : 500 Days Of Summer |
Pict : 500 Days Of Summer |
Hari ini gue mau bahas soal move
on. Sebelumnya di blog ini gue juga pernah bahas soal move on, tapi itu dulu
banget pas blog gue pembacanya masih orang orang yang gue paksa atau gue ancem
aja. Dan disitu kualtias tulisan gue masih ancur abis, sampai gue sendiri nggak
nemu poin penting di artikel itu dan malah bingung sendiri. Yah, namanya juga
newbie.
Banyak orang bilang, move on itu
dua kata, mudah ngucapinnya tapi neraka buat ngelakuinnya. Hell to do! Susah
banget dilakuin karena ibaratnya kita ngejalanin aktivitas dengan tubuh yang
penuh luka. Pas lagi patah hati, kita pasti sering ngerasa nggak mood ngelakuin
sesuatu gara gara luka luka itu masih membekas aja. Nggak mungkin kan, kita
nyaman ngelakuin apa apa sebelum nyeri itu perlahan hilang. Iya, gue dulu juga
gitu.
Gue ini orangnya seneng banget
nonton bola, apalagi kalo Liga Inggris udah main gue jadi lupa semuanya. Tapi
pernah pas gue patah hati, gue jadi nggak mood lagi nonton bola. Ketertarikan
gue buat nonton bola tetep nggak bisa ngelupain keadaan sulit yang disebut
patah hati. Liat Frank Lampard nendang bola malah serasa kayak si dia yang udah
nendang nendang hati gue dengan kejam. Eak! Makan jadi nggak enak, tidur juga
jadi nggak nyenyak. Ya, itulah kedahsyatan patah hati.
Move on emang sulit. Dan butuh
tahap demi tahap biar lulus ngelakuinnya. Banyak orang bilang, move on terbaik
adalah jatuh cinta lagi. Sabar.. Ntar dulu, jangan keburu jatuh cinta dulu.
Kalo emang ada beberapa orang yang lagsung jatuh cinta setelah patah hati,
menurut gue itu cuman sementara aja. Sering kejadian, kalo baru aja patah hati
dan langsung ngejalanin hubungan sama orang baru, disaat mantannya mendekat,
dia bakal mudah berpaling ke mantannya, karena kenyamanan yang mantannya beri,
nggak bakal sebanding sama sepercik cinta yang baru aja dialami. Nah, hal itu
yang bikin nyakitin orang baru. Karena belum siap ngelupain, si dia udah berani
ngelakuin hal yang sebelumnya nggak dia siapin baik baik : mendekati yang baru.
Gue cuman pengen ngurai, biar
move on tuh dilakuin dengan bener dan nggak nyakitin pihak lain. Kita sering
ngeliat, Sebagian orang pengen cepet cepet move on dengan cara (pura pura)
jatuh cinta lagi, padahal sebenernya sih ya, nggak ada luka yang lekas sembuh.
Dulu gue sendiri sempet percaya sama kata “move on terbaik adalah jatuh cinta
lagi”. Sampai ada keadaan disaat suasana hati gue lagi belum bener bener
sembuh, gue deket sama seorang cewek yang gue kagumin dan available banget buat
dipacarin.Tapi setelah gue rasain, ada dua hal yang bikin gue mundur pas ada
saat saat yang tepat buat nembak dia : yaitu keadaan hati gue saat itu masih
sakit sakitan gara gara masa lalu dan alasan kedua adalah gue nggak cinta sama
dia. Mungkin iya gue bisa pacaran, terus perlahan lupa sama mantan, lalu
setelah itu, apa? Tetep aja kalo semua nggak didasari sama rasa cinta, yang gue
lakuin kedepannya setelah macarin dia cuman hambar aja dan secara nggak sadar
gue malah udah ngelakuin hal hina yang disebut pelarian. Padahal, cinta nggak seegois itu. Saat itu kayak garis
finish yang nggak pengen gue lewatin.
Gue sendiri tipe yang nggak bisa
langsung jatuh cinta pas hati lagi sakit sakitnya. Dengan kata lain, walaupun
jatuh cinta sendiri bisa datang tanpa kesiapan, gue nggak bisa jatuh cinta
sebelum siap siap dan masih terjebak dalam semak semak masa lalu yang bikin gue
terpuruk segitu adanya. Mungkin ada, orang yang bisa berpaling begitu mudahnya,
patah hati setelah itu dalam sekejap jatuh cinta lagi. Gue rasa, orang orang
yang kayak gitu mungkin ada pembengkakan di hati nuraninya. Atau mungkin alasan
yang lebih detail, dia nggak bener bener
ngerasain sakit.
Menurut gue, move on itu harus
dilakuin tahap demi tahap sampai kamu bener bener bisa senyum lalu siap jatuh
cinta lagi. Apa untungnya buat kamu? Kalo kamu jatuh cinta setelah bener bener
move on, nggak bakal ada ceritanya kamu nyakitin orang baru gara gara yang lama.
Jadi dibawah ini nanti gue bakal ngasih tahap tahap move on yang bener buat
kamu yang masih susah move on, harus sabar juga karena move on yang bener itu
nggak bisa dilakuin secara instant. Gue udah bosen sama tips tips move on
mainstream yang isinya :
Cari kesibukan, bakar semua foto
dan pemberian mantan, lost contact sama mantan, dll.
Menurut gue itu semua basi! Dan
tips tips itu bisa jadi malah bikin kita musuhin mantan di kemudian hari.
Padahal, dalam asmara orang dewasa, kisah cinta nggak sekejam itu. Nggak pisah
baik baik sampai akhirnya nggak ada hal indah untuk dikenang. Nggak ada kisah
indah untuk diceritakan kepada anak cucu kita kelak, padahal kita pernah
menghidupi kisah cinta sehebat yang pernah kita alami.
Jadi di artikel ini gue harap kamu
baca baik baik, dengan seksama, karena ini tips yang beda dari biasanya.
1. Ikhlas
Iya, Ikhlas adalah langkah
pertama yang harus dilakuin setiap insan manusia yang lagi move on. Kamu nggak
perlu mikir yang jauh jauh semacam kayak jatuh cinta sama yang baru buat ngelupain
yang lama. Karena kalo kamu belum ikhlas, hubungan yang kamu jalanin kedepannya
nggak bakal berlangsung baik juga. Kamu nggak perlu buru buru move on dengan
cara ngejar orang orang baru dengan binalnya. Tenang aja, nggak perlu buru
buru. Sesakit apapun perasaan yang kamu derita, lama lama bakal bikin kamu
ngerasa terbiasa. Iya, terbiasa itulah perasaan yang mendesak
kamu untuk mengikhlaskan.
Karena
sebenernya, move on itu mengikhlaskan, bukan melupakan.
Mustahil kamu lupa sama
seseorang yang mungkin itu berarti banget buat kamu, karena dalam tahap move
on, semakin kamu berusaha ngelupain, itu malah bikin kamu semakin keinget aja.
Beda kasusnya kalo dari awal kamu mencoba mengikhlaskan, mau merelakan kisah
demi kisah yang udah kalian rangkai berdua berlalu ditelan waktu, dan
mengikhlaskan dia yang saat ini ternyata udah nggak sama kamu lagi. Iya,
langkah pertama yang terbaik adalah ikhlas, kalo kamu mau ikhlas, nggak bakal
ada rasa benci dan dendam yang cuman bikin kamu maki maki dan nyalahin dia yang
udah pergi. Pada akhirnya kamu bakal
merelakan dia pergi dalam damai, bukannya cinta memang seharusnya seindah itu?
Seorang wanita yang dulu sempat
hadir, pernah ngajarin gue sesuatu dengan bilang :
“kalo cinta kamu tulus, kamu bisa
ikhlas kok disaat dia udah nggak ada.”
Oke, balik lagi soal
mengikhlaskan. Kamu musti sabar, ikhlas nggak semudah itu. Dalam mengikhlaskan,
kamu bakal ngelewatin dua tahap nerima kenyataan.
Tahap
pertama, kamu
harus nerima kenyataan kalo dia udah nggak sama kamu lagi.
Emang sulit banget menghilangkan
kebiasaan kebiasaan dia yang selama ini ada di dekat kita, dan sekarang udah
sirna. Dia yang biasanya jam segini ngabarin, sekarang ngeliatin ponsel jadi
sunyi aja. Dia yang tiap makan siang barengan sama kamu, sekarang kenyataannya
tiap makan siang kamu cuman duduk sendirian di pojokan warung sambil ngelamun
ngaduk aduk cappuccino cincau. Tapi mau gimana lagi, kalo udah bikin keputusan
dengan mengikhlaskan, kamu emang harus melewati tahap itu.
Tahap
kedua, kamu
harus nerima kenyataan kalo dia udah sama yang lain.
Nah, ini nih bagian paling
nyeseknya. Kamu lagi terseok seok berusaha move on, eh dia malah udah jalan
sama yang lain. tapi tenang aja, sehancur hancurnya keadaan hati kamu karena
terbakar cemburu dan pikiran yang enggak enggak, kamu bakal balik keinget lagi
sama keputusan pertama kamu : “iya, gue udah ikhlas.”
Dua kenyataan itu nggak bakal
bisa kamu hindarin. Emang kemungkinan menghindarinya kecil banget, yaitu dengan
cara si dia balikan lagi sama kamu. Tapi apa setelah si dianya balik lalu
sejenak pergi lagi gara gara rajutan cerita udah nggak seindah dulu, apa nggak
bikin kamu aus?
Ikhlas emang sulit dan nggak
semudah apa yang gue ketik. Kamu harus senyum dulu sebelum mengikhlaskan
sesuatu. Itu semua butuh waktu, dan sudut pandang positif yang harus kamu taruh
dalem dalem di mindset kamu. Semua yang kamu pikirin enggak enggak tentang si
dia, ubahlah jadi pandangan positif, karena gimanapun juga, dalam hidup kita
bakal ngadepin part paling pahit : kehilangan.
Bukannya sebelumnya kamu pernah ngelewatin masa masa seperti ini dengan
orang orang yang beda? Terus kenapa cuman karena si dia, bisa bikin kamu
berhenti gitu aja? Life must go on.
Dan kita balik lagi ke sifat
orang yang buru buru pengen move on tanpa persiapan. Percayalah, jangan jatuh
cinta lagi sebelum mengikhlaskan masa lalu itu. Itu bakal bikin kamu terjatuh
di kemudian hari, dengan cara menyakiti. Belajarlah untuk mengikhlaskan
terlebih dulu sebelum jatuh cinta, bukannya manusia nggak bakal bisa berlari
sebelum belajar merangkak?
2. Fake Smile
Kamu harus banyak banyak senyum,
walaupun itu palsu semata. Senyum kamu bakal mempengaruhi cara orang orang
ngedeketin kamu. Langkah pertama ikhlas tadi adalah senyum. Kalo dari awal kamu
nggak ikhlas, kamu nggak mungkin menampakan senyum itu. Yang ada kamu bakal
murung, semua kata di sewotin, semua yang bener disalahin, semua yang terlihat
di depan mata di recokin, dan akhirnya nggak bakal ada yang mau ngedeketin dan
bantu kamu buat ngelewatin masa masa itu. Kamu boleh terpuruk, tapi jangan lupa
menghiasi senyum di depannya. Kelak sahabat yang baik bakal dateng di hadapanmu
dan berkata : “Elo kenapa?”
Iya,
karena mereka mengerti.
Di balik dia yang udah pergi,
anggep aja itu sebuah pelajaran. Dalam hidup, nggak ada yang dateng lalu pergi
gitu aja tanpa mengajarimu sesuatu. Tinggal kamu bisa mengambilnya apa enggak.
Lalu kenapa kamu harus menyesali mereka yang kini pergi? Bukannya mereka udah
ngasih kamu sesuatu yang belum pernah kamu dapet sebelumnya? Pelajaran. Kelak
setelah berkali kali tersakiti, kamu bakal ngerasain sesuatu yang paling
berharga : terbiasa. Iya, ‘terbiasa’ itulah yang bikin pribadi kamu makin
dewasa. Dan satu hal yang harus kamu tau, paragraph inilah yang disebut sudut
pandang positif.
Sometimes,
we just have to smile.Not because we’re happy, but because we need escape from
the pain.
Jadi,
senyum dulu dong!
3. Buka Hati Kamu
Gimana orang baru bisa masuk
kalo pintu menuju hati kamu masih ketutup aja? Temen gue pernah bilang ke gue :
move
on itu kayak mobil mogok, harus ada orang yang mau ngebantu buat ngedorongnya.
Tapi ternyata, masih ada orang
orang move on yang nggak mau ngebuka hatinya, sampai dia nggak bisa dibantu
siapapun. Padahal hal yang paling sulit dilakuin di dunia ini adalah ngebantu
orang yang nggak mau dibantu. Kalo kamu nggak ngebuka hati kamu buat orang
baru, kamu nggak bakal bisa ngelakuin dua kata serumit ini : move on. Iya,
setelah ikhlas dan tersenyum merelakan, kamu harus mulai buka hati kamu sehabis
berjuang move on dalam waktu yang cukup lama. Setelah kamu buka hati, biar
orang orang terdekatmu bantuin kamu, bantu ngedorong ‘mobil’ yang mogok itu.
4. Jatuh Cintalah Lagi
Ini tahap terakhir dalam move
on. Gue yakin, kalo tiga poin diatas udah kamu lakuin baik baik, poin keempat
ini bakal bisa kamu rasain dengan baik juga. Udah gue jelasin tadi, move on
yang bener harus dilakuin perlahan dan nggak bisa secara instan. Move on dari
orang yang bener bener berarti buat kita, memang memakan waktu yang sangat
lama. Tapi tenang aja, semua bakal terasa baik baik aja kalo kita udah masuk ke
fase terbiasa.
Mungkin segini dulu yang gue
tulis tentang move on yang bener tuh kayak gimana buat kalian yang masih susah
move on. Emang sih, setiap orang punya cara move on yang beda beda. Yang gue
tulis disini hanya sharing tentang apa yang gue pelajari dari pengalaman aja,
yang gue pelajari dari mereka yang pernah datang lalu pergi setelahnya, yang
gue pelajarin dari mereka yang pernah ada dan selalu ada. Karena seperti apa
yang gue jelasin tadi : Nggak ada yang dateng lalu pergi gitu aja
tanpa mengajarimu sesuatu.
So, udah dulu postingan gue kali
ini. Jangan lupa follow @vampirgaul. Dan buat kamu yang lagi move on :
Selamat
mengobati luka pelan pelan.
nice post!
BalasHapusdetil banget langkah-langkahnya.
and yes, the first thing we have to do is 'ikhlas' :)
Thanks udah baca :)
BalasHapusNice Post Bro (y)
BalasHapusThanks bang Ilham!
BalasHapus