Mungkin
kalimat itulah yang paling tepat menggambarkan situasi Petr Cech setelah
kembalinya Courtois ke Stamford Bridge dari Vicente Calderon awal musim
2013/2014. Courtois yang tampil impresif selama masa peminjamannya di Atletico
Madrid, seakan menjawab segala keraguan jika dia tak pantas bermain untuk tim
sebesar Chelsea.
Courtois
sejatinya memulai karir junior sebagai bek kiri, namun saat dia bergabung
dengan Racing Genk di umur 7 tahun, dia tumbuh dan berkembang menjadi kiper.
Sampai pada akhirnya, kesempatan besar datang untuk Courtois. Belum genap umur
17 tahun (16 tahun 341 hari) dia melakukan debut pertamanya sebagai pemain
professional melawan Gent pada tanggal 17 April 2009. Sejak hari itu, karirnya
berjalan baik. Dia menjadi sosok penting saat Genk mengunci gelar Belgian Pro League musim 2010-2011. Saat
itu juga, dia menerima penghargaan Goalkeeper
of The Year dan Genk’s Player of The
Year karena hanya kebobolan 32 gol dari 40 penampilan dan sukses membuat 14
cleansheet bersama Genk.
Emas di sudut paling jauh, masih akan
terlihat terang. Chelsea mencium talenta hebatnya. Pemain yang tampil
gemilang di Liga Belgia di usia sangat muda, membuat Chelsea tertarik
mendapatkan jasanya. Akhirnya, pada Juli 2011 Chelsea mengamankan tanda tangan
Courtois dalam kesepakatan kontrak selama 5 tahun. Namun karena minimnya
pengalaman bermain di level tinggi liga besar Eropa, dan umurnya yang masih
sangat muda, Courtois sudah dipinjamkan ke Atletico Madrid setelah hanya
beberapa minggu setelah bergabung dengan Chelsea. Chelsea berharap dia bisa
diambil kembali saat sudah berkembang.
Lalu, apa harapan Chelsea berjalan dengan
baik?
Tepat.
Setelah hengkangnya David de Gea ke Manchester United, Courtois mengenakan
nomor punggung peninggalannya. Bersaing secara sehat dengan kiper Atletico yang
lain, Sergio Asenjo, Courtois selalu melakukan tugasnya dengan baik. Debutnya
bersama Atletico berbuah kemenangan besar 4-0 atas Victoria S.C dan 3 hari
setelahnya berhasil cleansheet dalam laga imbang tanpa gol melawan Osasuna di Liga
Spanyol. Puncaknya, Atlecico mencapai final UEFA Europa League 2012 dan
berhasil menjuarainya setelah mengalahkan Bilbao di All Spain Final dengan hasil telak 3-0. Tepat, Courtois lagi lagi
cleansheet.
Tak habis
disitu, memasuki musim 2012-2013 bagai buah simalakama bagai Chelsea. Chelsea
harus berhadapan dengan pemainnya sendiri saat Piala Super Eropa 2012 di
Monaco. Dan apa hasil yang diraih Chelsea? Courtois dkk. berhasil membuyarkan
harapan Chelsea untuk membawa pulang trofi Piala Super ke London karena kalah
telak 4-1.
Hari demi
hari, bulan demi bulan, Chelsea lagi lagi harus bertemu Atletico dengan
Courtois andalannya di semifinal Liga Champions 2013-2014. Courtois lagi lagi
sukses memulangkan Chelsea ke London setelah menyingkirkan mereka di semifinal.
I worth it.
Mungkin
begitu pikir Courtois setelah tampil gemilang melawan klub yang meragukannya.
Chelsea tak
ingin meminjamkannya terlalu lama. Setelah di laga kancah Eropa sebelumnya
Courtois berhasil ‘memulangkan’ Chelsea
ke London, kini giliran Chelsea yang ingin membawanya pulang ke London. Namun
saat desas desus rumor itu ramai, Courtois sempat bilang bahwa dia hanya ingin
pulang jika menjadi pemain inti di Chelsea. Alhasil, Jose Mourinho memberinya garansi
bermain, sampai akhirnya pada juni 2014 Courtois benar benar pulang ke Stamford
Bridge. Mourinho mengatakan bahwa dia akan melakukan debutnya di laga pertama
Premier League Chelsea melawan Burnley. Meski tak cleansheet, Chlesea berhasil
membawa pulang 3 poin bersama Courtois di line-upnya. Laga kedua melawan
Leicester, Courtois berhasil cleansheet setelah Chelsea menang di kandang.
Semua berjalan baik sampai September 2014, Chelsea memberinya kontrak jangka
panjang (5 tahun) yang akan mengikat Courtois sampai 2019.
…………..
Oke, mari
istirahat sejenak membicarakan fakta fakta diatas. Artikel ini ditulis bukan
untuk membicarakan banyaknya prestasi Courtois, melainkan sosok yang ada
dibelakang Courtois saat ini karena memang itulah keadaannya. Mari membicarakan
transfer Courtois dari sudut pandang yang lain. Mungkin tak layak jika kita
sebut sudut pandang orang yang dirugikan, namun saya rasa pihak yang dirugikan
adalah Petr Cech. Dia banyak kehilangan menit bermain karena penampilan
Courtois yang nyaris sempurna. Yak, untuk waktu yang tak sebentar, Cech
menghabiskan musim 2014/2015 dibelakang Courtois.
People come and go, they said.
Ada yang datang, ada yang pergi. Fans
Chelsea tidak mungkin melupakan apa saja yang dipersembahkan Petr Cech kepada
mereka selama 11 tahun pengabdiannya di Chelsea. Dari masa masa Cech bermain
tanpa pelindung kepala, sampai sekarang pelindung kepalanya yang tak juga
lepas, dia sudah memberi banyak trofi kepada fans dan satu trofi yang sangat
sangat sangat diimpikan Roman Abramovich sampai membuat Abramovich buta dengan
memecat banyak pelatih karena saking menginginkannya trofi itu. Benar, trofi
Liga Champions. Cech sempat mempersembahkan trofi Liga Champions dengan peran
pentingnya di laga itu, salah satunya saat Cech melakukan penyelamatan oleh
penalty mantan pemain Chelsea, Arjen Robben, dan tampil gemilang di babak adu
penalty sampai akhirnya berhasil membuat Bayern harus kehilangan trofi UCL di
kandang sendiri.
Setelah
datangnya Courtois, seakan hal hal magis itu hilang. Dia menjadi pilihan kedua
karena Courtois tampil gemilang. Saya sendiri sebagai fans Chelsea yang telah
melihat banyak masa sukses Cech merasa janggal saat melihatnya menghangatkan
bangku cadangan. Since that day, Stamford
Bridge will never be the same.
Satu musim
melihat Cech banyak menghabiskan waktu di bench daripada di lapangan membuat
saya sedikit frustasi, lalu berandai andai jika mimpi buruk terjadi, salah
satunya menerima mentah mentah spekulasi dan rumor jika Cech pindah ke klub
lain.
Believe me, bruh. It’s hard to let go
someone when they give you too much reason to stay.
Namun, musim
2015/2016 belum bergulir, apa yang saya takutkan terjadi. Arsenal resmi
mengumumkan bahwa mereka berhasil mendapatkan tanda tangan Cech dalam kontrak 4
tahun dengan biaya transfer sekitar 11 juta pounds.
Saya ngerasa kayak.. “OH MY
DEAR GOD, WHY?!” dari banyaknya klub besar yang sedang membutuhkan kiper,
kenapa harus pindah ke Arsenal? Melihat pindahnya pemain favorit ke rival
sekota, berasa lebih sakit kayak ditinggal pas lagi sayang sayangnya. Lebih
tepatnya, berasa kayak melihat pacar kita yang udah 11 tahun bersama, dipacarin
tetangga sebelah. Okay, memang
karma itu ada. Fans Chelsea pernah merasa bangga setelah setahun sebelumnya
Fabregas didatangkan dari Barcelona. But
wait, apakah fans Arsenal patut marah? Tunggu dulu, tak ada transfer langsung
dari Arsenal-Chelsea saat Cesc Fabregas pindah ke Stamford Bridge, itupun
Wenger juga sempat bilang jika tak ada lagi tempat untuk Fabregas di Arsenal.
Jikalau Wenger patut kecewa, tentu itu sudah masa masa saat Fabregas pindah ke
Barcelona, bukan saat pindah ke Cheslea. Jadi, saya fans Chelsea yang
mengetahui Fabregas didatangkan, merasa hal itu cukup wajar dan tak patut
diperdebatkan.
And then shit happens..
Cech benar
benar menyeberang ke rival sekota. Berasa kayak nggak bisa berbuat apa apa. Mau
marah marah, tertelan fakta bahwa Cech emang udah nggak kepakai lagi di
Chelsea, keadaan yang kurang lebih sama seperti apa yang dikatakan Wenger saat
transfer Fabregas. Satu satunya yang membuat saya dan sebagian besar fans
Chelsea tak terima dengan transfer itu ternyata hanya karena rivalitas belaka.
Namun, apakah Cech sejatinya tepat memutuskan bermain
untuk Arsenal?
Patut
dibahas. Setelah sejak awal perpindahannya terasa janggal untuk fans Chelsea,
kami juga harus mulai membuka mata untuk tidak melihat suatu hal dari satu sisi
saja. Saat ini, mungkin banyak sekali yang menganggap Cech sebagai ‘pengkhianat’
karena menyeberang ke klub yang telah lama mereka benci. Bahkan, ada beberapa
fans Chelsea berotak dangkal yang memberikan ancaman mati kepada Cech. Itulah sedikit
contoh dari sekian fans yang hanya melihat dari satu sisi.
Bagaimanapun
juga, Cech dirasa cukup tepat pindah ke Arsenal dan ada alasan baik kenapa Cech memutuskan
untuk menyeberang kesana. Saya yang telah melihat banyak laga bersama Cech di
dalamnya, tentu sulit merelakannya pergi, apalagi ke tempat rival sekota.
Namun, keputusan terbaik akan selalu saya hargai. Bukan mustahil jika ini
adalah langkah awal untuk Cech menjadi legenda Arsenal. Coba lihat Van der Sar,
dia pindah ke Manchester United saat umurnya tidak muda lagi, dan lihat apa
yang telah dia persembahkan untuk United. Di pihak Cech juga, kiper umur 33
tahun masih bisa mempunyai karir yang sangat panjang dan gemilang.
Tentunya
saya dan mungkin juga semua fans Chelsea di seluruh dunia, tak ingin melihat
Cech ‘mati suri’. Tentu di lubuk hati
yang paling dalam, kita masih ingin melihat kehebatan Cech tiap pekan.
Sampai bertemu di Community Shield, Cech!